Rabu, 29 Februari 2012

Nikmatilah hidup kita dengan cara yang kita bisa

Pedagang pasar dan tukang parkir
Selalu kusediakan  waktu untuk melihat senyum mbak Eni yg melayani pembeli dgn sabar dan semangat plus sedikit potongan harga buat pelanggan setia


Melihat tukang ayam yang mencari ayam kualitas terbaik bagi pelanggan setianya.


Pedagang sayur yang tidak bosan hitung berulang ulang hy takut salah hitung ke pelanggan tercinta.


Melihat pemandangan yg mengajarkan betapa hidup harus berjuang tanpa perlu melihat kondisi org lain.
Mereka sadar  memberikan yg terbaik demi kelangsungan profesi mereka.
Mereka sampai menyisihkan  kepentingan diri sendiri,tdk peduli dgn keadaan org lain yg sedang liburan , mereka tidak peduli dengan hiburan mal yg selalu diperbincangkan .
Mereka hanya menikmati yang bisa mereka nikmati
Dan betapa terkejutnya aku, ketika tukang parkir mengutarakan hidupnya malah lebih indah sekarang setelah jadi tukang parkir, dibanding dulu kerja di kantor karena dia bisa menghargai org lain walaupun itu mbak2.


So kuncinya hanyalah syukur dan menerima dengan tulus.
Tidak ada jaminan bahwa hanya materilah yg membuat seseorang bahagia


Nikmatilah hidup kita dengan cara yang kita bisa






Salam
Smile
Melly kiong

memfoward kembali informasi



Jangan melakukan kesalahan yg sama


Kemarin seharian saya dapat postingan yg sama , rata 2 postingan yg menakutkan informasi ttg virus E Coli, ttg penipuan , ttg musibah kecelakaan dsb.


Awalnya saya ragu apakah saya harus mengirimkan  kembali kepada sahabat2ku yang lain?


Tetapi aku ingat pesan Guru ku , jgn menyampaikan informasi yg hanya katanya..yg tdk kita saksikan sendiri, jgn mengirmkan sesuatu yg tdk ada gunanya buat kita terutama yang bisa membuat kita ketakutan.


Akhirnya saya memutuskan untuk tidak mengirimkan yg tdk saya ketahui, ternyata itu pilihan yg tdk salah.


Malam2 ada konfirmasi dari sahabat yg punya saudara di Eropa , tdk benar informasinya


So, marilah sahabat utk belajar bijaksana memfoward kembali informasi yg kita tdk yakin demi menjaga ketenangan batin sesama


Semangat


Salam
Smile
Melly kiong

Selasa, 28 Februari 2012

Karier Naik ...Anak Baik



PARENTING DAN PRODUKTIVITAS KERJA
Dapatkah anda bekerja optimal ketika menghadapi masalah perilaku anak? Tentu fokus kerja anda terganggu dan anda tidak dapat berpikir rasional merespon pekerjaan.
Keterbatasan waktu interaksi anak dan orang tua mendorong kebutuhan kerja sama sinergis antara orang tua dengan pihak ketiga sehingga anak berada dalam satu komando yang sama.
Parenting Program adalah solusi tepat membangun komunikasi harmonis diantara anggota keluarga dan pihak ketiga untuk mewujudkan keluarga bahagia. Fokus program pada pola pendidikan anak untuk membina mentalitas anak yang baik, mandiri dan mempunyai daya juang tinggi.
Ketika kehidupan rumah tangga anda memiliki atmosfir yang baik maka mental dan semangat kerja anda menjadi lebih baik, bukan? Dan anda setuju bahwa karir anda naik dengan dukungan anak yang baik di keluarga anda

TUJUAN PARENTING
·     Meningkatkan mentalitas positif, kreatifitas dan kemandirian anak melalui pendidikan pola asuh anak yang efektif dan aplikatif.
·     Membangun komunikasi harmonis di dalam lingkungan keluarga di tengah keterbatasan waktu interaksi dengan anak untuk mewujudkan keluarga sejahtera yang mendukung semangat kerja di perusahaan.
·     Membangun hubungan sinergis antara orang tua dan pihak ketiga, untuk mewujudkan keberhasilan pendidikan pola asuh anak.

DAMPAK PARENTING
·     Tersedianya pendidikan pola asuh anak yang efektif dan aplikatif bagi seluruh karyawan perusahaan memberi solusi cerdas penyelesaian masalah anak secara baik sehingga karyawan tetap fokus pada pekerjaan saat bekerja di perusahaan.
·     Anak-anak mendapatkan pendidikan pola asuh yang tepat dari orang tua yang bekerja ditengah keterbatasan waktu interaksi untuk penanaman mentalitas dan moral positif, pola pikir kreatif dan kemandirian.

Inspirator orang tua




Ketika kita belajar tentang pendidikan pola asuh anak melalui buku atau seminar parenting, mungkin kita berpikir itu hanya teori yang memberikan impian-impian sempurna tentang sebuah keluarga sejahtera. Tapi pernahkan kita melihat langsung sebuah realita tentang keluarga sejahtera, dimana komunikasi terjalin baik di dalam keluarga, satu jawaban luar biasa dapat anda temukan ketika anda berada di Taman Semanan Indah Blok ND No. 5 Jakarta Barat.


Benar, sebuah rumah asri yang menjadi surga bagi penghuninya. Fakta dapat anda temukan disana, bagaimana komunikasi keluarga terbangun dengan etika. Kata-kata santun terdengar indah, senyum ramah menyapa hangat setiap orang yang bertandang kesana. Apa yang anda rasakan saat itu? bahagia.

Melly Kiong, wanita yang lahir pada tahun 1969 dari sebuah keluarga sederhana di kota kecil yang bernama Singkawang, Kalimantan Barat, telah menjadi arsitek moral bagi keluarganya. Bungsu dari tujuh bersaudara ini pernah mengalami suatu kehidupan lika-liku di masa kecilnya dengan seorang ibu yang tidak siap menjadi seorang single parent. Semua itu memberi inspirasi untuk sebuah mimpi, yaitu menjadi seorang ibu yang baik, mandiri dan siap berperan bak seorang ayah.

Bukan hanya suasana keluarga harmonis anda dapatkan disana, anda tentu kagum melihat perilaku dan mendengar kata-kata cerdas dari Julian dan Matthew, buah hati ibu Melly Kiong. Dan masuk akal bagi anda bahwa pendidikan pola asuh anak sangat menentukan sikap dan perilaku anak. Pada diri Julian dan Matthew anda temukan kemandirian, kreativitas, disiplin dan tanggung jawab anak terhadap dirinya, orang tua dan masyarakat. Saat itu anda akan berpikir "seandainya anakku seperti mereka, jelas apa yang akan terjadi pada mereka 20 atau 30 tahun lagi" Dan anda bisa menjadi orang tua idaman seperti halnya ibu Melly Kiong, jika anda memutuskan untuk memulai sekarang melakukan pendidikan pola asuh anak yang efektif dan berdampak nyata. 

Dalam perjuangannya, Ibu Melly Kiong menulis buku dengan judul: “Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak Dengan Baik?”, beliau banyak mengisi seminar dengan materi yang berkaitan pola asuh orang tua terhadap anak, mengisi talkshow di radio-radio swasta di Jakarta dan Bandung, dan mengisi materi di workshop tentang “peranan sekolah dan orang tua dalam mempersiapkan mental juang anak di era globalisasi” di sekolah-sekolah swasta di Jakarta, Bandung, Sukabumi dan Karawang. Tujuan beliau adalah memasyarakatkan pendidikan pola asuh anak yang sederhana dan mudah diaplikasikan untuk membangun mentalitas dan daya juang anak di masa depan. Kita tidak bisa menuntut generasi kita untuk berubah, namun kita bisa membantu generasi masa depan untuk mengubah impian kita saat ini menjadi kenyataan. 

Kita ingin memiliki pemimpin yang jujur, amanah dan bertanggung jawab. Kita ingin memiliki generasi yang mempunyai mental juang baik. Kita ingin melihat negara Indonesia yang kita cintai menjadi mercusuar dunia yang memilki moral positif untuk menciptakan perdamaian dunia. Marilah kita bersama-sama melakukan gerakan moral dimulai dari sekarang, di dalam keluarga dengan melakukan pendidikan pola asuh anak yang tepat.

Melihat spirit dan tekad beliau yang seperti itu maka tak akan bisa dibayangkan oleh kita jika beliau berjalan sendiri melakukan gerakan moral peduli anak bangsa. Berapa waktu yang dibutuhkan oleh beliau untuk menerangi keluarga Indonesia tanpa kebersamaan kita? Inilah saat bagi kita untuk berjuang bersama beliau mensukseskan gerakan moral peduli anak bangsa. Anda adalah pahlawan dan panutan bagi keluarga anda. Pahlawan tidak mengenal kata menyerah untuk berubah. Panutan tidak kenal kata mengeluh untuk membuat hati orang luluh. Melly kiong pantas menjadi inspirator bagi kita untuk menjadi orang tua idaman keluarga. Dan anda adalah satu dari kami yang memberi insprirasi bagi keluarga Indonesia yang tidak tahu bagaimana melakukan pendidikan pola asuh anak secara tepat

Rumah moral Melly kiong


Melly Kiong menuturkan visi dan misinya tentang pentingnya pendidikan moral diawali dari rumah, serta suka duka yang dialami ketika hendak menerbitkan buku pertamanya. Berikut adalah petikan wawancara Edy Zaqeus dari AndaLuarBiasa.com dengan Melly Kiong pada akhir 2008 lalu, saat Melly berkunjung ke Redaksi AndaLuarBiasa.com.

Bagaimana ceritanya sampai kepikiran bikin buku ini?
Awalnya, saya ini kan bekerja kantoran. Sementara bagi saya, keluarga saya itu harus saya utamakan. Makanya, setiap kali ketemu orang, saya pasti cerita tentang suami saya, anak saya.lalu, ada teman saya namanya Mario, dia sampai bilang begini, “Saya kalau lihat Bu Melly itu kayaknya kok enak banget. Kerja bagus, tapi anak kok juga lucu-lucu dan terdidik dengan baik. Kenapa Ibu tidak tulis buku aja?” Ah, gila lu, yang beneraja…. Akhirnya, ya benar juga. Kenapa enggak, ya?

Saat mulai menulis buku, suami tahu?
Suami saya tidak tahu pas saya mulai mengetik. Jadi saya dibelikan communicator, saya sambil nunggu orang, ngetik. Enggak bakalan bisa mengetik di rumah. Makanya, suamiku itu enggak tahu saya bikin buku hahaha… Ntar kalau dia sudah tidur, aku ketik-ketik di dalam, input ke dalam. Tahu-tahu, benar juga lho, jadi 49 halaman….


Lalu, bagaimana perjalanan naskah Anda?
Saya pas sharing di Radio Cosmo, saya jadi tahu Bu Clara (Clara Kriswanto, psikolog Jagadnita Consutling: red). Saya email, lama tidak ada respon. Sampai saya pikir, “Siapa, sih aku, enggak mungkin dikenal sama orang….” Saya pikir, enggak mungkinlah ke Gramedia, pupuslah harapan saya. Akhirnya, saya kenal Clara. Saya bilang, “Pokoknya (buku) ini bagus banget, deh! Saya yakin itu.” Saya punya kepedulian ini…ini… Dia kasih respon positif. Lalu, saya ketemu Mas Edy. Mas Edy minta …. (menyebut angka: red), kaget saya…. Semua orang marahin saya, lho! Sampai seorang teman bilang, “Gila, goblok kamu begini…begini….” Ya sudahlah. Saya enggak pernah sedih, karena saya punya niat.

Komentar suami Anda?
Nah, waktu saya tunjukkan draf MOU ke suami, dia bilang, “Pokoknya aku enggak mau ya, keluar duit!” Akhirnya, saya enggak ngomong ke dia. Dan, Mas Edy baik juga. “Ya, udah, Ibu bayar aku beberapa kali, deh….” Masih itu struknya saya simpan hahaha….


Sempat ada keraguan melangkah?
Yang aneh, saya sama sekali tidak ada keraguan. Karena, di mana pun saya cetak (buku), saya sudah punya market. Waktu saya berpikir seperti itu, 500 buku sudah ada di tangan saya. Pas suami saya bilang begitu tadi, saya takut. Tapi, saya sudah bayar dua kali, hampir yang ketiga. Saya hanya berharap, jangan sampai saya ada masalah gara-gara itu, kan? Lalu, entah pas Natal atau pas saya ulang tahun, saya bilang sama suami saya. “Boleh enggak aku minta sesuatu…?” Suamiku kaget, “Ada apa?” “Kita sudah sekian tahun menikah, aku enggak pernah minta apa-apa lho sama kamu. Aku minta maaf aja, aku sudah bayar Mas Edy itu dua kali. Karena aku dapat THR, aku lunasi itu.” Aduh, saat itu, suami saya diam saja, tidak mau ngomong sama saya. Saya bilang, “Selama ini aku tidak pernah ngeyel, tapi cuma kali ini doang. Ya, aku mohon maaf.” Saya ada rasa bersalah, tapi ada rasa plong setelah ngomong itu.


Proses selanjutnya?
Setelah itu, menunggu endorsement. Begitu saya dapat dari Kak Seto, wah… saya semangat sekali. Lalu, semua saya mintai. Akhirnya, saya jadi tambah semangat. Begitu mendapat banyak endorsement, suami pun mulai mencair. Dengan agak kesal, dia bilang, “Sini, satu kopi, aku mau kasih ke bosku.” Sorenya, dia sudah bawa tulisan ke saya, “Itu, istrinya bosku kasih satu (komentar).” Saya senang banget.


Setelah itu, naskah dimasukkan ke penerbit apa?
Waktu itu, Mas Edy rencana mau ke penerbit lain ya… Enggak ke Gramedia. Saya minta waktu satu minggu. Lalu, saya ketemu saudara, yang punya kenalan di Kompas, tapi bukan di Gramedia. Sabtu, saudara saya telepon, disambungkan dengan orang Kompas itu. Saya bilang, “Pokoknya saya punya buku sudah tidak perlu diedit lagi, karena sudah diedit. Dan, saya dalam waktu singkat sudah dipanggil untuk seminar.” Saya juga katakan, 500 buku pasti sudah terjual, dipesan. Dan, saya yakin banget karena saya orang marketing.


Selanjutnya?
Akhirnya, saya ditelepon orang Gramedia (maksudnya penerbit Elex Media dari Kompas-Gramedia Group; red). Mungkin sudah jalannya kali ya. Selasa kami ketemu Lia jam 9. Saya presentasi tentang apa saja yang akan saya lakukan. Hari itu juga, dia bilang naskah buku saya diterima. Padahal, dia sama sekali tidak membaca.


Pandangan penerbit atas gagasan-gagasan Anda?
Elex Media merasa, kehadiran saya memberikan nuansa yang agak beda. Sampai dia bilang, saya itu benar-benar marketing sekali!


Kapan suami semakin mendukung kiprah Anda?
Mulai kelihatan saat saya kasih informasi, bahwa buku saya sudah diterima di Elex Media. Dia kan pernah cerita, “Wong direkturku saja mau terbitin buku enggak jadi-jadi!” Makanya, begitu tahu buku saya diterima, itu ada suatu nilai kebanggaan buat dia. Waktu itu, buku belum terbit, Elex sudah mulai sounding, di sebuah radio di Surabaya. Anak buah suami saya, yang dengerin siaran itu, cerita, katanya ada sebuah buku yang akan beredar dan sedang ditunggu-tunggu, berjudul “Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik?” Akhirnya, suami yang waktu itu di Surabaya telepon saya, “Selamat, lho sudah diumumkan di radio.”


Begitu melihat buku secara fisik?
Tahulah, seorang laki-laki biasanya kan sulit mengatakan apa yang dirasakan sebenarnya. Tapi, saya bisa tahu betapa dia bangga sekali dengan saya. Setiap kali saya membawakan seminar, dia selalu SMS-in ke saya, “Sukses, ya!” Nah, itu suatu spirit ya dari suami saya. Saya bilang, keberhasilan saya dalam menyusun buku ini dan dalam mendidik anak, itu bukan keberhasilan saya sendiri. Sebab, suami sayalah yang menjadi juri dalam menetapkan pola mendidik anak. Kalau saya ada yang kurang, dia bilang, “Oke, menurut aku begini….” Jadi, bukan kehebatan saya. Di balik itu adalah kehebatan seorang suami.


Arti dukungan suami atas apa yang Anda lakukan saat ini, berbagi melalui 
 seminar-seminar?
Sekarang, apa yang saya senang lakukan, dia ikut senang. Kalau suami secara direct mau share ke saya sihjarang ya. Tapi, kalau setiap kali ada pemberitaan di koran, dia pasti bilang, “Ini dikliping dong… dikliping….” Saya membaca itu, dia merasa bangga, ya. Dan, anak-anak saya juga merasa bangga.


Waktu Anda menjual langsung buku itu, kebanyakan pembelinya siapa?
Kalau untuk di pabrik, banyak sekali bapak-bapak yang beli. Saya sering banget ketemu, contohnya seorang satpam, saya tanya, “Pak, bagaimana keadaan Ibu? Kerja enggak?” Kita tahu dong, satpam penghasilannya berapa. “Aduh, Ibu ngurusin anak di rumah, deh!” Lalu saya bilang, “Pernahkah Bapak berpikir, kalau sesuatu terjadi pada Bapak, dengan seorang istri yang tidak siap, apa yang akan terjadi dengan rumah tangga? Anak harus makan, kan? Keluarga harus tetap berjalan, kan?” Itu yang akhirnya membuat mereka mengatakan, “Iya, ya Bu, kenapa saya tidak berpikir seperti itu?” Lalu, suami-suami yang tidak ingin istrinya bekerja itu menganggap kalau istrinya kerja tidak bisa mendidik anak. Saya jelaskan, saya melakukannya seperti di buku ini. Saya bukan teori, tapi menjalankan. Sampai akhirnya satpam pun beli buku saya.


Jago juga Anda “merayu” calon pembaca hahaha?
Satpamnya bilang, “Bu, saya tidak punya uang…?” “Oke, Bapak punya uang berapa?” Dia jawab, “Saya cuman punya dua puluh ribu…” “Oke, dua puluh ribu saja enggak apa-apa. Tapi ingat, Bapak harus lebih berpikir bagaimana membangun masa depan anak supaya lebih baik.” Sebab, kalau bicara masa depan, kita harus bicara bagaimana menciptakan anak-anak yang berkualitas. Saya banyak melihat, di kalangan “susah” pun mentalitas juang mereka sudah tidak ada.


Kalau pembeli buku dari relasi Anda?
Kalau relasi hampir semua membeli. Mau laki-laki mau perempuan, semua beli. Sampai orang yang tadinya belum berkeluarga pun, berkomentar, “Aduh, setelah saya baca buku Bu Melly saya langsung kepingin cepat-cepat nikah…!” Jadi, menurut saya buku saya ini soal mindset. Mau miskin dia perlu, mau kaya dia perlu.


Anda juga menindaklanjuti buku itu dengan seminar, kan?
Ya. Ketika saya datang memberikan seminar kepada orang-orang miskin, sangat hebat lho, Pak sambutannya. Tiga puluh orang yang hadir, sepuluh buku saya terjual di tempat orang-orang yang tidak mampu. Lalu, di daerah Curug (Tangerang) yang dihadiri hampir 200 orang, yang kebanyakan orangnya penganggur, saya bisa jual 24 buku. Kalau ketemu bos-bos, mereka langsung beli sepuluh buku untuk dibagi-bagikan ke orang lain.


Sebenarnya, apa sumber ketertarikan para pembeli langsung itu?
Satu, saya yakinkan orang bahwa buku saya beda dengan buku orang lain. Buku saya tidak menyampaikan bagaimananya secara teori, tapi secara fakta. Saya berharap, jangan sampai orang lain mengalami pengalaman yang pernah saya lewati. Dengan seorang Ibu yang tidak siap menjadi seorang single parent. Takut menjadi seorang ibu yang tidak siap secara mental. Tapi, ada juga lho yang ngomong, “Aduh, saya sih sudah siapkan duit segunung!” Tapi, yang namanya duit segunung kalau dipacul habis juga, kan? Jadi, menurut saya, mentalityitu sangat penting.


Anda mendirikan Rumah Moral, apa visi dan misi lembaga itu?
Itu semacam gambaran atau iming-iming buat saya. Saya itu ingin membuat sesuatu, supaya anak-anak itu di sekolah pun juga diajari tentang moral. Karena, bagi saya moral itu penting banget. Saya mengajarkan sopan santun kepada anak-anak saya, misalnya melalui kaca pembesar. Itu sebenarnya tentang pesan moral, tentang tanggung jawab, tentang disiplin. Saya merasa, di rumahlah saya harus mulai untuk memberikan sebuah pesan moral itu. Jika memungkinkan nanti, saya akan membangun Rumah Moral itu sebagai suatu proyek percontohan. Sebab, dengan moral kita bisa hidup lebih baik.


Rumah Moral ini secara vironer sangat bagus. Kalau benar-benar dikembangkan, mungkin semangatnya bisa ditularkan ke banyak orang. Sebab, segala perbaikan kondisi bangsa kita bisa diawali dari rumah moral ini…?
Mulai, Pak. Ya, makanya sekarang kalau ke mana saja saya selalu membawa “Salam Peduli Anak Bangsa”. Setiap kali ada yang minta tanda tangan (di buku), saya selalu cantumkan; Selamat bergabung, salam peduli anak bangsa, yang dimulai dari rumah. Kenapa saya bilang, saya ingin jadi sebatang lilin? Saya bilang, ketika saya menjadi sebatang lilin dan saya punya api, ketika api saya menyalakan seribu lilin lainnya, toh saya enggak akan mati, kan? Itu arti yang ingin saya sampaikan kepada orang lain. Makanya, saya menghimbau semua orangtua, mulailah berperan dari rumah sendiri, masing-masing satu orang menyalakan satu lilin saja dari rumah, berarti ke depannya kita masih punya harapan untuk melihat terang, kan? Itu kira-kira misi saya.
melly-kiong-family


Bisa lebih dijelaskan lagi misi Anda?
Saya punya misi yang luhur, semua orangtua itu bisa hadir dalam seminar saya dan saya masuk dari sekolah. Saya berpikir dari pengalaman sendiri, ketika mau tahu soalparenting saya harus keluar uang Rp 600 ribu. Berarti, cuma bagi orang tertentu saja yang bisa belajar, kan? Bagi orang yang tidak punya, kan dia tidak bisa belajar? Makanya, saya ngamen, saya ketuk sekolah-sekolah satu per satu. Saya juga bilang, kalau pembaca buku saya memandang buku itu baik, saya minta supaya mereka kasih pinjam ke sepuluh tetangga atau orang di sekitarnya. Itu misi saya.


Bagaimana testimoni pembaca buku Anda?
Setiap kali habis seminar, saya selalu minta feedback. Semua saya filing, termasuk semua SMS yang masuk. Termasuk Mbak Eny Kusuma (motivator, penulis buku Anda Luar Biasa!!!red), yang menulis ke saya, “You’re my inspiration. Ini buku pegangan saya dalam mendidik anak saya.” Banyak sekali, saya kliping semua. Banyak juga testimoni yang mengharukan. Kalau saya talk show di radio, rata-rata penyiarnya yang menangis. Sampai penyiar radio Female itu, kan cowok itu, nangis juga dan bilang, “Bagaimana ya seandainya aku itu punya ibu seperti Ibu Melly….” Ada juga salah satu pembaca yang berkomentar, “Melly, kamu punya buku harusnya sudah masuk arround Indonesia dan pasti bisa diterima. Karena apa? Kita semua problemnya sama, termasuk yang di Malaysia, Hongkong, Singapura, Jepang. Asia semua… mereka semua kesulitan dalam mendidik anak, karena orangtua tidak ada waktu.”


Sejauh mana Anda akan melangkah dengan buku ini?
Saya tidak akan main-main dengan buku saya. Belum tentu lho buku motivator terkenal misalnya, bisa diterima seluruh lapisan masyarakat. Belum tentu buku, yang menurut kita begitu bagus, bisa diterima oleh seluruh masyarakat. Tapi, saya yakin sekali dengan buku saya. Sampai ada testimoni SMS, “Bu, buku itu bisa saya praktikkan 10 atau 15 tahun lagi pada saat saya sudah berkeluarga.” Bagi saya, menjual satu juta kopi itu bukan sesuatu yang mustahil.


Katanya sampai pernah ada yang menanyakan latar belakang pendidikan Anda?
Saya sih apa adanya. Ketika talk show ada yang tanya, “Ibu itu pendidikannya apa, sih?” “Mau tahu pendidikan saya, saya itu S-3!” “Woo… hebat amat, masih muda sudah S-3!” Dia enggak tahu, maksud saya S-3 itu SD, SMP, SMA hahaha…. Seorang psikolog pun bernah berkomentar, bahwa dia tidak menyangka saya sampai bisa berpikir seperti itu.


Anda juga ingin berbagi mengenai pengalaman menulis dan menerbitkan buku ini?
Yang saya ingin sampaikan, kalau suatu saat kita bisa membuat seminar, bahwa sebaiknya kita itu menulis sesuatu secara jujur, seperti yang ada dalam hati kita. Kalau kita yakin apa yang kita tuliskan berguna buat orang lain, kita enggak perlu khawatir.


Kabarnya Anda hendak mengusulkan buku ini supaya mendapat penghargaan MURI?
Iya, saya sedang bicara dengan Jaya Suprana. Ia menjelaskan ada beberapa kategori untuk buku. Saya bilang, “Menurut saya, buku saya adalah buku yang harus dibaca orangtua yang ingin menjadi orangtua.” (Pada Januari 2009, Musium Rekor Dunia Indonesia menganugerahi Melly Kiong penghargaan atas rekor: “Ibu Rumah Tangga Sektor Publik penulis buku Pedoman Parenting untuk para Ibu Rumah Tangga Sektor Publik”

Melly kiong (sebuah testimoni



MENGENAL : MELLY KIONG
(SEBUAH TESTIMONI )


2009 Saya mengetahui “Melly Kiong “saat mencari materi
tambahan untuk ECCD “ (Early Childhood Care for Development)
secara khusus pola asuh anak (home based – parenting)


• Maret 2009 – melalui Mbak Rini Sasmita saya mendapat alamat mail
melly dan saat itu kami bekenalan secara pribadi dan menjalin
persahabatan.


• Juni 2009 – Melly Kiong diundang Alumni SMP Pengabdi & Bruder Sigkawang
melalui kegiatan Seminar “ parenting “ dan Melly sempat mempresentasikan
pembelajaran pendampingan sekolah-sekolah dan perspektif peran orang dewasa
dalam mengantar anak bangsa ke masa depan yang lebih baik.


• Nopember 2009 – Workshop “Parenting” untuk Guru TK/PAUD di Singkawang &
Workshop “ Peran Kelembagaan pemerintah “ dalam merancang visi masa depan
Singkawang lebih baik.


• Kami menjadi Sahabat – secara khusus jika memperbincangkan/memikirkan tentang
kemajuan anak bangsa dan tatanan hidup yang lebih baik dalam keaneka ragaman bangsa –


MENGENAL : MELLY KIONG
(SEBUAH TESTIMONI )


SIAPA MELLY KIONG ? – Sebagai sahabat- saya mengenal Melly
sebagai:


Wanita Karir yang sibuk namun sukses membangun rumah
tangga bersama suami tercinta – dan dalam
membimbing/mengasuh anak-anaknya.


Melly Kiong, Wanita Asal Singkawang ini sangat concern dengan
duna pendidikan dan memiliki idealisme untuk kemajuan anak
bangsa “ peduli anak bangsa “


Melly juga banyak terlbat dalam dunia pendidikan dasar di jabar –
kerjasama dengan salah satu Sekolah dasar di jabar --- bagaimana
Perubahan karakter (Life skill) di pelajari anak-anak untuk :
solider, hormat, mencintai sesama ,disiplin, cinta lingkungan.


MENGENAL : MELLY KIONG
(SEBUAH TESTIMONI )


SIAPA MELY KIONG ?


Pengalaman masa kecilnya bersama Ibu dan sadara-saudarinya
yang pahit,dan daya juang Ibunya dalam mengantar anak-anak,
telah menempa hidupnya menjadi wanita yang lemah-lembut
sekaligus kuat dan penuh idealisme. Pembelajaran mengasuh
anak di rumah dimana suami, pembantu terlibat – Melly bukukan
dalam sebuah buku, yang berjudul :Siapa bilang Ibu bekerja tidak
bisa mendidik anak dengan baik yang diterbitkan oleh PT Elex
Media Komputindo, Jakarta. Buku setebal 127 halaman itu
memaparkan dan sekaligus juga untuk membuktikan bahwa
perempuan karier ternyata bisa juga mendidik anak dengan baik.


MENGENAL : MELLY KIONG
(SEBUAH TESTIMONI )


SIAPA MELLY KIONG ?


Ada sejumlah tokoh yang memberikan endorsement untuk buku
ini, seperti Seto Mulyadi (pemerhati anak), Lenny Wongso
(pengusaha dan penulis buku), Alexandra Dewi (perempuan
karier), atau Santi Bonis (penyiar radio Cosmopolitan FM). Buku
ini juga dilengkapi pujian dan apresiasi dari berbagai kalangan,
seperti Nining W. Permana (Managing Director Tupperware
Indonesia), Sayekti Sulisdiarto (Production Director PT Phapros
Tbk), Eni Kusuma (Motivator, mantan TKW di Hongkong, dan
penulis buku best seller ”Anda Luar Biasa”)


MENGENAL : MELLY KIONG
(SEBUAH TESTIMONI )


Materi Workshop Parenting Oleh Melly :
1. Bagaimana berkomunikasi dengan anak
walau ayah-ibu sibuk bekerja.
2. Megatasi masalah anak itu mudah dan
kesempatan membangun karakter anak
3. Cara / kiat melibatkan pembantu dalam
mengembangkan “life skill” anak, dan
pengembangan karakter anak.
4. Daya juang anak untuk menghadapi masa
depannya, dengan tetap disiplin, kasatria,
jujur dan adil.


MENGENAL : MELLY KIONG
(SEBUAH TESTIMONI )


Materi Workshop Parenting Oleh Melly
dapat ditujukan kepada:
1. Staffs DP dan keluarganya
2. Para guru paud/tk/guru SD
3. Anggota PKK Kota Madya
/kelurahan/kecamatan/desa
4. Staff dinsos/PP/Kesos
5. Persekolahan, Ibu Rumah tangga,
bapak &ibu di gereja dsb.


MENGENAL : MELLY KIONG
(SEBUAH TESTIMONI )


Workshop Indonesia masa Depan
ditujukan kepada:


LURAH & STAFF LURAH
CAMAT & STAF CAMAT
DINAS TEKAIT
TOKOH AGAMA
TOKOH LSM


MENGENAL : MELLY KIONG
(SEBUAH TESTIMONI )


REKOMENDASI :
1. MELLY ADALAH MOTIVATOR HANDAL
2. BAIK UNTUK MEMFASILITASI KEGIATAN
ADP ( KADER PAUD/TK/POSYANDU DAN KK
BINAAN) - PARENTING
3. BAIK UNTUK PECERAHAN STAFFS &
KELUARGA- PARENTING
4. MOMOTIVASI PEJABAT – KONTEK
PEMBANGUNAN BANGSA DAN ANAK
BANGSA

Selasa, 21 Februari 2012

Tidak ada kata "Tidak bisa"

Entah kenapa saya paling senang mendapat tantangan dari anak anakku, khususnya ada keluhan dari mereka yang menyatakan bahwa mereka “ tidak bisa”.
Seperti biasa Matthew ketika pulang sekolah dia menghampiriku dan berkata “ Mama, gara gara kemarinnya aku ngk masuk sekolah ( sakit), aku tidak mengerti apa yang diajarkan disekolah. Dan tahu tahunya aku ada PR disuruh buat slogan persatuan, pasti deh aku ngk bisa “ begitu kira kira gerutu Matthew dengan mimik lucunya yang sedang kesel.
Saya sambil tersenyum mencoba memberikan empati bahwa itu bukan salah dia, dan meyakinkan dia bahwa pasti ada jalan keluarnya. Saya dan dia bisa menyelesaikan problemnya.
Baru terlihat dia agak tenang, setelah ganti seragam saya mulai dengan obrolan santai .
“Matthew apa warna kulitmu “ tanyaku
“Coklat,mama” jawab Matthew
“ Apa warna kulitnya Koko Kaleb?” tanyaku balik
“Hitam, mama” jawabnya lagi
“Terus kamu anak Indonesia bukan ?” tanyaku
“Iya, aku anak Indonesia “jawabnya sudah mulai terlihat penasaran
“Koko Kaleb anak Indonesia bukan ?” lagi lagi aku bertanya
“Iyalah mama” jawab Matthew.
“Nah dri warna kulitmu dan kulitnya Koko Kaleb kamu sudh bisa buat slogan” kataku
“Heh?Gimana caranya?” tanyanya semakin antusias
“Coba lihat dari sisi warna kulit yang berbeda kamu dann koko Kaleb sama sama anak Indonesia bukan ? tanyaku balik
“Ok, aku sudah bisa mama, aku akan tulis, walaupun beda warna kulit kita, kita tetap anak Indonesia “ dia menjawabnya dengan semangat dan sungguh susunan yang menakjubkan.
“Bagus sekali kamu Matthew, slogan yang sangat baik . Ayo masih susahkan membuat slogan ? tanyaku seraya memancing .
“Tidak mama,terima kasih yah? Sambil dia membuat hiasan dengan gaya dia yang sangat kreatif untuk ukuran umurnya.
Dalam hatiku berguman “ terima kasih anakku “mama telah diberikan kesempatan untuk membereskan persoalanmu lagi.


( semoga tulisan ini bs jadi inspirasi buat semua orang tua dan yakinkan tidak ada yang tidak bisa jika kita mau berusaha )


by Melly Kiong